波頭

束の間、淡く残ることについて

持ち寄って、拡散する - 「つながるインドネシアカフェ」についての小レポート

 

 カウンターで気仙沼育ちの新社会人とインドネシア実習生が話し込んでいた。さっきまでインドネシアの年末年始の行事や食べ物が話題だったが、いつの間にか気仙沼パークホテルの近くにある「F-BOX」というトランポリンパークの話になっている。カフェの端っこの席で一緒にコーヒーを飲みながら、意識だけが気仙沼の各地からインドネシアまで楽しげに飛んでいく。
 自動ドアが開いて大学生が入ってくる。聞けば、ふるさとワーホリに参加するため広島から来たという。滞在先でインドネシアカフェのことを教えてもらって、何か面白そうだから、と寒空の下歩いてきた。アボカドジュースを一口飲んで「アボカドってジュースにしても美味しいんだ!」と笑う。

 あちこちに生まれてくる話し声笑い声の輪のなかに、僕は上手く入って行けずにいた。盛り上がっているところに自分から入っていくということが昔から苦手だった。「せっかくだから何か話しなよ」「もっと積極的にいかないと」と周りから言われることもあって、苦手意識がさらに加速した。しかし、中川さんたちは「もっと話せばいいのに」「もったいないよ」などとは決して言わない。たぶん、そもそもそういうことではないからだ。
 自分から輪にはいっていく、積極的に話しかけにいく、みたいな能動性を錬成する場所ではない。ここは異文化交流だとか、地域活性化だとか、そういう何らかの「意味」を作り出すことを(見据えてはいるが)無理に迫ってこない。
 何かできないことがあっても、そこにいて良い。いますぐ無理に何かをしなくても良い。そこにいるだけで、もう既にその場所に巻き込まれていて、その場所の一部になる。この「巻き込む」という場所の力にこそ光を当てたい*1

 

     *

 

 僕は気仙沼に行ったことが無かったし、インドネシアのことはほとんど知らなかった。気仙沼にとっても、インドネシアにとっても、僕なんて「余所者(よそもの)」でしかないだろう、という疎外感が無かったわけではない。
 門脇さんや中川さんは気仙沼のひとびとやインドネシア実習生たちと既に関係を結んでいて、顔見知りがたくさんいるらしい。インドネシアデイのときも、今回も、「お〜!!」と嬉しそうに誰かと手を振り合う光景に何度も出会った。僕は、その光景を横目に、ここで既に織り上げられている関係性の文脈をどうにかこうにか理解していこうとしていた。
 しかし、そんな転校生みたいなちいさな孤独も、「もう巻き込まれている」という感覚に塗り替えられていく。アチェ流のコーヒーの淹れ方を教えてもらったり、鹿折公民館での打ち合わせにも参加させてもらったり、よく分かっていない僕にも「高倉さん、どう思います?」と感想や意見を求めてくれたり、門脇さんたちが迎え入れてくれたおかげで少しずつ「余所者」の輪郭が崩れてきた。
 気仙沼インドネシアに惹き込まれて、精神的な距離がどんどん揺れてきているのを感じた。

 



f:id:taratara_miztak:20220114204727j:image

 

「アコースティックのステージをやりたい」「コメディをやりたい」と声を出す実習生がいた。するとすぐに、「いいねぇ」と中川さん。門脇さんは「みんなで劇映画を撮りましょうか。よし、じゃあ君が主演!ギターを弾ける君は劇伴担当ね。それから…」と提案しはじめる。

 色々なひとが色々なものを持っている。それはセンスとか能力とかだけじゃなくて、趣味とか好きなこととか、なんかよく分からないけどずっと続いていることとか。門脇さんたちは、みんなが持ってきたあれこれをテーブルに並べて、これをやったら楽しそう、こんなこともできそう、、、「じゃあ、一緒にどうですか?」と見ず知らずの僕なんかにも声をかける。門脇さん自身は「もう病気ですよね」と笑っていた。「別に無理に一緒に何かをやる必要なんてないはずなのに、何か面白いことができそうだったら、それ、いいじゃん、一緒にやろう、と声をかけずにはいられないんですよね」。
 みんなそれぞれ何かを持っている。門脇さんたちはその面白さを占有するのではなく、場所に解き放って、拡散する。「よければ一緒に」の精神で。これはラディカルにアートだと思う。

 

 

 

www.taiwa.or.jp

 

ーーーーーー

 

Angkat Pesanannya dan Bagikan:

Laporan Pendek Tsunagaru Indonesia Café


Terlihat seseorang staf kantoran yang berasal dari Kesennuma dan seorang trainee Indonesia sedang berbincang-bincang di meja konter. Mereka tengah membicarakan perayaan tahun baru dan juga makanan di Indonesia, namun seketika topik pembicaraan mereka berubah menjadi obrolan tentang sebuah area trampolin bernama "F-BOX" yang berlokasi di dekat Park Hotel Kesennuma. Saat kami menyeruput kopi bersama di kursi yang berada di pojokan kafe, kesadaran kami melayang gembira ke berbagai tempat dari Kesennuma menuju Indonesia.

Pintu otomatis terbuka dan seorang mahasiswa masuk. Dia memberitahu saya bahwa dia datang dari Hiroshima untuk ikut berpartisipasi dalam program Furusato (kampung halaman) Work Holiday. Dia diberitahu oleh orang di tempat dia menginap tentang adanya kafe Indonesia ini, dan dia Nampak tertarik sehingga datang langsung ke lokasi di tengah cuaca dingin. Dia menyeruput jus alpukat dan sambil tertawa, "ternyata alpukat sangat enak bahkan ketika dibuat jus!”. 

Saya tidak bisa masuk ke dalam lingkaran pembicaraan dan tawa yang muncul di sana-sini. Sedari dulu saya selalu tidak pandai untuk masuk dan terlibat dalam sebuah kegembiraan. Saya acap kali diberitahu oleh orang-orang di sekitar saya, "Karena kamu ada di sini, kamu harus ngobrol," atau "Kamu harus lebih proaktif lagi," yang sebenarnya membuatku semakin tidak nyaman. Namun, Nakagawa-san dan rekan-rekannya tidak pernah berkata, "Kamu harus lebih banyak bicara," atau "Sayang sekali lho!”. Mungkin karena bukan hal seperti itu yang mereka maksudkan dari acara ini sejak awal.

Saya merasa, kegiatan Ini bukanlah kegiatan di mana kita dapat melatih sifat aktif kita untuk bergabung dengan sebuah perkumpulan atau berbicara secara aktif dengan orang-orang. Ini adalah tempat di mana kita tidak dipaksa untuk menciptakan semacam "makna" seperti pertukaran lintas budaya atau revitalisasi sebuah wilayah (walaupun kami menantikannya).

 Jika kita tidak dapat melakukan sesuatu, tidak apa-apa untuk berada di sana. Kita tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan apa pun dengan segera. Hanya dengan berada di sana, Anda sudah terlibat di tempat itu dan menjadi bagian dari kegiatan tersebut. Dari pengalaman ini, saya ingin fokus untuk menjelaskan kekuatan dari sebuah "keikutsertaan”(*1

     

*****

 

Saya belum pernah ke Kesennuma sebelumnya, dan pengetahuan saya tentang Indonesia pun hampir tidak ada. Oleh karena itu perasaan saya bahwa saya adalah orang yang asing bagi Kesennuma dan Indonesia bukanlah tidak ada. 

Sepertinya Kadowaki-san dan Nakagawa-san sudah menjalin hubungan dengan orang-orang di Kesennuma, juga para pekerja magang Indonesia sehingga sudah banyak mengenal dan dikenal oleh setiap orang. Baik pada saat kegiatan Indonesia Day, maupun kegiatan kali ini, saya melihat mereka dengan gembira saling melambaikan tangan dan menyapa, "hai!”. Saat saya melihat mereka saling menyapa itu, saya mencoba memahami konteks hubungan yang sudah terjalin di sini.

 Namun, kesepian kecil layaknya perasaan yang dirasakan oleh murid pindahan baru ini digantikan oleh perasaan bahwa saya pun sudah ikut serta didalamnya. Kadowaki-san dan yang lainnya menyambut saya dengan tangan terbuka, mengajari saya cara membuat kopi ala Aceh, mengizinkan saya mengikuti pertemuan di Shishiori Community Center, dan bertanya kepada saya, meskipun saya tidak tahu banyak tentang proyek tersebut, " Bagaimana menurutmu, Takakura-san?” tanya beliau sambil meminta pendapat saya. Dengan sambutan terbuka dari Kadowaki-san dan rekan-rekannya itulah, secara bertahap garis posisi saya sebagai orang luar mulai memudar. 

Saat saya diikutsertakan dalam kegiatan yang berkaitan dengan Kesennuma dan Indonesia, saya merasakan jarak psikologis semakin bergeser.

Salah satu pekerja magang berkata, "Saya ingin melakukan pertunjukan akustik," atau "Saya ingin melakukan stand up komedi”. Dengan segera Nakagawa-san menanggapi, "Kedengarannya bagus!”. Kadowaki-san pun berkata, "Ayo kita buat film Bersama! Ok, kalau begitu kamu yang akan menjadi pemeran utama! Kamu yang bisa bermain gitar akan bertanggung jawab atas iringan musik, dan kemudian..." tutur Kadowaki-san mulai memberikan ide dan saran.

Ada banyak orang yang memiliki berbagai macam hal. Bukan hanya soal selera atau kemampuan, tapi juga soal hobi, hal-hal yang mereka sukai, dan hal-hal yang sudah lama mereka lakukan, meski sebenarnya mereka tidak tahu apa-apa. Kadowaki-san dan rekan-rekannya meletakkan barang-barang yang dibawa semua orang tersebut di atas sebuah meja dan berkata, "Ini kelihatannya menyenangkan, kita bisa melakukan ini". Kadowaki-san pun berkata kepada saya, "Bagaimana kalau bergabung dengan kami?”, meskipun beliau tidak pernah melihat dan mengenal orang yang beliau ajak bicara tersebut sebelumnya seperti saya ini. Lalu, Kadowaki-san sendiri tertawa dan berkata, "Saya sudah sakit ya?”. Beliau pun menambahkan, “Saya tidak berpikir kita perlu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu bersama-sama, tetapi jika saya pikir kita dapat melakukan sesuatu yang menarik, saya tidak dapat menahan diri untuk mengatakan, 'Kedengarannya bagus, mari kita lakukan bersama’!” ujarnya.
 Setiap orang memiliki sesuatu pada mereka sendiri. Kadowaki-san dan rekan-rekannya tidak bermaksud untuk menguasai apa yang mereka miliki, tetapi melepaskannya di beberapa tempat dan menyebarkannya. Dengan semangat "Jika Anda mau, bergabunglah dengan kami!”. Secara radikal, saya piker cara seperti ini sangat artistik.


*1: Makna secara individunya adalah, mungkin seperti suatu hasil sampingan yang muncul sebagai perpanjangan dari "keterlibatan".

 

インドネシア語訳:Andi Holik Ramdaniさん

*1:個別的な「意味」は、「巻き込む」ことの延長線上に立ち上がる副産物みたいなものかもしれない。